KISAH
KEHIDUPAN :
..
Kala itu keadaan ekonomiku mengharukan untuk ku ungkapkan, aku takut untuk menceritakannya disini karena khawatir Alloh murka denganku karena aku mengeluh..
Aku putuskan untuk mencari penghidupan dikota, kutinggalkan anak istriku karena aku tidak memiliki apapun dalam perjalananku ke kota dan belum ada tempat tinggal yang pasti dikota.
Berjalannya waktu berlalu ekonomiku membaik untuk keluargaku, kucukupi anak-anakku, segala puji untukNya dengan rahmat itu. Setiap hari kutanyakan keadaan anak istriku melalui telpon.
Hingga pada suatu saat istriku menginginkan untuk tinggal besama dikota. Aku memikirkan permintaan itu tiap saat kuputuskan untuk belum bisa mengabulkan permintaan istriku karena aku dikota kos dikamar yang hanya cukup untuk tidur, kamar mandi pun diluar, jika kubawa anak istriku ke kota sungguh gajiku habis untuk penghidupan tanpa sisa untuk anak anakku kelak. Kuceritakan keadaanku sesungguhnya kepada istriku, istriku semakin merindukan sosok suami untuk membantu menjaga anak anak dirumah karena kebetulan kami memiliki 2 orang anak aku bercerita keadaanku dan kusampaikan ingin memiliki tabungan agar kita bisa mandiri berdagang atau memilki lahan untuk becocok tanam besama. Istriku memahamiku dan dalam SMS nya menulis “Maafkan aku suamiku karena kami engkau mengorbankan hidupmu, kesenanganmu dan kebebasanmu, InsyaAlloh Alloh akan mendengarkan doa kita, kita akan kembali bersatu dengan berkahnya” kubaca dan senantiasa kubaca setiap kali mengawali langkah kaki untuk mencari rizki. Dan akupun menjawab smsnya “Akupun bangga kepadamu istriku Alloh telah mencukupkanku dengan pendamping hidupku yang memahami aku dan insyaAlloh bisa menjaga keturunan-keturunanku, aku berharap kau jaga sholat dan kau jaga sholawatmu untuk Rasulullah” sesungguhnya aku sangat merindukan bisa berkumpul dengan kalian mengaji dan kembali bernostalgia berkeliling kota mengunjungi rumah Alloh dalam hari libur kita. Sesungguhnya kenangan kenangan itu selalu menghampiriku, karena rinduku kepada keluarga, kusampaikan kepada istriku aku hendak pulang dan menyudahi mencari nafkah dikota aku ingin kembali besama kalian, mengajari anak anak dan membantumu. Istriku menerimanya dengan senang hati tetapi apakah kamu siap dengan kehidupan kita yang seperti dulu tidak ada harta..?
“Mas insyaAlloh aku rela dengan hidup seperti itu asalkan ada dukungan darimu, senyum darimu ketika aku lelah dan mengeluh. Dengan keadaan saat ini, sungguh berat bebanku dan tanggung jawabku, aku khawatir anak anak kita tidak mampu aku bawa kepada jalan yang Alloh ridhai. Aku harus menjaga harta dan anak anakmu dirumah, aku tidak takut dengan rapuhnya ragaku karena kewajibanku tapi aku takut dengan jiwa yang terlepas dari pandangan suami. Aku akan menjagamu dan senantiasa mendukungmu, InsyaAlloh Alloh akan memberi jalan yang terbaik untuk kita”.
Kupikirkan keputusanku kembali, keputusanku pun berubah kembali dan kusampaikan kepada istriku untuk besabar dulu menunggu aku memilki modal untuk usaha, baru aku pulang..
Istriku pun kembali mengiyakan keputusanku..
Dalam perjalan waktu kebutuhan uang semakin bertambah, anakku sering sakit dan kebutuhan keluarga lainnya. Hingga dalam 1 tahun tabunganku pun tidak memenuhi target. Akhirnya keinginan untuk berkumpul pun tertunda kembali dengan pemikiran ingin kembali mengumpulkan uang untuk modal usaha. Aku ditugaskan oleh kantor untuk keluar kota dan boleh cuti setelah 4 bulan, perasaanku semakin tinggi untuk keluar kerja, tetapi mengingat kebutuhan hidupku aku pun tetap menjalaninya dengan harapan modal akan terkumpul untuk usaha. Hingga pada suatu saat instriku mengabari anakku sakit memanggil manggil aku, aku hanya bisa menyampaikan tolong kau jaga dia dan kau hibur dia doakan aku ada rizki untuk berobat anakku, dan Alloh menghalalkan Rizkiku.
“Mas.. Apakah tidak kau sempatkan dulu untuk pulang menjenguk anakmu..?”
“De aku belum boleh cuti, jika aku pulang saat ini uangku pas pasan tidak cukup nanti buat biaya berobat anak kita.”
Istriku “Mas.. saya masih ada cincin dan kalung pemberianmu dalam pernikahan kita, akan aku jual untuk anak kita.
Bersabar dulu de.. Aku akan cari uang untuk kalian dirumah,..
Istriku “Hati hati di situ mas, sabar dan ikhlas ya mas. Doakan aku kuat menjaga amanahmu agar Alloh meridhaiku” Aamiin..
..
Kala itu keadaan ekonomiku mengharukan untuk ku ungkapkan, aku takut untuk menceritakannya disini karena khawatir Alloh murka denganku karena aku mengeluh..
Aku putuskan untuk mencari penghidupan dikota, kutinggalkan anak istriku karena aku tidak memiliki apapun dalam perjalananku ke kota dan belum ada tempat tinggal yang pasti dikota.
Berjalannya waktu berlalu ekonomiku membaik untuk keluargaku, kucukupi anak-anakku, segala puji untukNya dengan rahmat itu. Setiap hari kutanyakan keadaan anak istriku melalui telpon.
Hingga pada suatu saat istriku menginginkan untuk tinggal besama dikota. Aku memikirkan permintaan itu tiap saat kuputuskan untuk belum bisa mengabulkan permintaan istriku karena aku dikota kos dikamar yang hanya cukup untuk tidur, kamar mandi pun diluar, jika kubawa anak istriku ke kota sungguh gajiku habis untuk penghidupan tanpa sisa untuk anak anakku kelak. Kuceritakan keadaanku sesungguhnya kepada istriku, istriku semakin merindukan sosok suami untuk membantu menjaga anak anak dirumah karena kebetulan kami memiliki 2 orang anak aku bercerita keadaanku dan kusampaikan ingin memiliki tabungan agar kita bisa mandiri berdagang atau memilki lahan untuk becocok tanam besama. Istriku memahamiku dan dalam SMS nya menulis “Maafkan aku suamiku karena kami engkau mengorbankan hidupmu, kesenanganmu dan kebebasanmu, InsyaAlloh Alloh akan mendengarkan doa kita, kita akan kembali bersatu dengan berkahnya” kubaca dan senantiasa kubaca setiap kali mengawali langkah kaki untuk mencari rizki. Dan akupun menjawab smsnya “Akupun bangga kepadamu istriku Alloh telah mencukupkanku dengan pendamping hidupku yang memahami aku dan insyaAlloh bisa menjaga keturunan-keturunanku, aku berharap kau jaga sholat dan kau jaga sholawatmu untuk Rasulullah” sesungguhnya aku sangat merindukan bisa berkumpul dengan kalian mengaji dan kembali bernostalgia berkeliling kota mengunjungi rumah Alloh dalam hari libur kita. Sesungguhnya kenangan kenangan itu selalu menghampiriku, karena rinduku kepada keluarga, kusampaikan kepada istriku aku hendak pulang dan menyudahi mencari nafkah dikota aku ingin kembali besama kalian, mengajari anak anak dan membantumu. Istriku menerimanya dengan senang hati tetapi apakah kamu siap dengan kehidupan kita yang seperti dulu tidak ada harta..?
“Mas insyaAlloh aku rela dengan hidup seperti itu asalkan ada dukungan darimu, senyum darimu ketika aku lelah dan mengeluh. Dengan keadaan saat ini, sungguh berat bebanku dan tanggung jawabku, aku khawatir anak anak kita tidak mampu aku bawa kepada jalan yang Alloh ridhai. Aku harus menjaga harta dan anak anakmu dirumah, aku tidak takut dengan rapuhnya ragaku karena kewajibanku tapi aku takut dengan jiwa yang terlepas dari pandangan suami. Aku akan menjagamu dan senantiasa mendukungmu, InsyaAlloh Alloh akan memberi jalan yang terbaik untuk kita”.
Kupikirkan keputusanku kembali, keputusanku pun berubah kembali dan kusampaikan kepada istriku untuk besabar dulu menunggu aku memilki modal untuk usaha, baru aku pulang..
Istriku pun kembali mengiyakan keputusanku..
Dalam perjalan waktu kebutuhan uang semakin bertambah, anakku sering sakit dan kebutuhan keluarga lainnya. Hingga dalam 1 tahun tabunganku pun tidak memenuhi target. Akhirnya keinginan untuk berkumpul pun tertunda kembali dengan pemikiran ingin kembali mengumpulkan uang untuk modal usaha. Aku ditugaskan oleh kantor untuk keluar kota dan boleh cuti setelah 4 bulan, perasaanku semakin tinggi untuk keluar kerja, tetapi mengingat kebutuhan hidupku aku pun tetap menjalaninya dengan harapan modal akan terkumpul untuk usaha. Hingga pada suatu saat instriku mengabari anakku sakit memanggil manggil aku, aku hanya bisa menyampaikan tolong kau jaga dia dan kau hibur dia doakan aku ada rizki untuk berobat anakku, dan Alloh menghalalkan Rizkiku.
“Mas.. Apakah tidak kau sempatkan dulu untuk pulang menjenguk anakmu..?”
“De aku belum boleh cuti, jika aku pulang saat ini uangku pas pasan tidak cukup nanti buat biaya berobat anak kita.”
Istriku “Mas.. saya masih ada cincin dan kalung pemberianmu dalam pernikahan kita, akan aku jual untuk anak kita.
Bersabar dulu de.. Aku akan cari uang untuk kalian dirumah,..
Istriku “Hati hati di situ mas, sabar dan ikhlas ya mas. Doakan aku kuat menjaga amanahmu agar Alloh meridhaiku” Aamiin..
3
hari berlalu anakku di rumah sakit, hingga pada hari jumat ba’da sholat jumat
aku baca sms..
Mas.. Aku tidak bisa menjaga amanahmu, Alloh lebih mencintai anak kita, dia telah bermain di taman taman yang indah milik Nya. Pulanglah mas untuk terakhir kali melihat jazadnya.”
Mas.. Aku tidak bisa menjaga amanahmu, Alloh lebih mencintai anak kita, dia telah bermain di taman taman yang indah milik Nya. Pulanglah mas untuk terakhir kali melihat jazadnya.”
Saat
itu pula aku meneteskan air mata penyesalan yang amat dalam..
Tidak lagi kupikirkan target hidup tidak lagi kupikirkan pekerjaan itu. Aku pulang dan rela kubayar perjalanan pulang dengan biaya besar karena tidak ada persiapan transportasi pulang dengan biaya berapapun kubayar asal aku bisa pulang, aku harus bisa melihat jazad anakku yang terakhir kali, karena aku khawatir tidak berkumpul kembali dalam tempat yang sama kelak diakhirat. Sangat susah aku mencari transportasi untuk pulang kampung. Setelah berjalan pulang istriku kembali sms, bagaimana mas dengan jazad anak kerinduanmu.?? Rasulullah memerintahkan untuk menyegerakan di makamkan jazad seorang hamba. Akupun dengan berat hati mengiyakan untuk segera dimakamkan jazad anakku. Aku telah kehilangan kesempatan untuk mendidiknyadan kehilangan kesempatan untuk melihat wajahnya di akhir masanya. Dalam perjalanan pulang hatiku sungguh merindukan tawa anakku, panggilannya, manjanya dan cerianya. Tidak hentinya aku meneteskan air mata desakan dalam hati sungguh besar, tetapi aku kembali bersyukur kepada Alloh telah menganugerahkan istri dengan ketegaran hati,kesabaran dan kefahaman hidup.
Dalam masa berkabung kita berbicara dengan penuh keseriusan dan pemikiran mendalam. Saya putuskan untuk tidak kembali jauh dengan keluarga, akan aku cari nafkah hidup dengan membawa keluargaku. Aku keluar dari pekerjaanku dan mencari nafkah serabutan asal cukup untuk makan anak dan biaya belajar anakku, kami pun sering memutuskan untuk berpuasa. Hingga pada suatu hari kerabatku menawari aku untuk hijrah ke temanggung untuk mengurus lahan dan disamping lahan itu masjid tempat untuk mengaji di sore hari. Aku pun hijrah ke sana setelah pagi hari aku menyirami lahan kacang, siangnya aku jualan cingcau di alun alun, sorenya aku mengajar ngaji anak anak di masjid. Tidak lagi kupikirkan dengan ijazah S1 ku. Alhamdulillah Alloh mengaruniakan anak lagi kepada kami, kujalani hidup ini dengan mencoba memahami kodho dan kodarNya. Sungguh Alloh itu indah.. Dia mengaruniakanku keluarga yang memahami kesederhanaan tidak berorientasi materi, bahkan anakku yang telah berumur 7 tahun Alhamdulillah telah menjadikan A-Quran sebagai sahabatnya..
Sahabatku..
Saudaraku..
Sesungguhnya Takdir itu tetap, proses menemuinya adalah pilihan, jangan kau korbankan keluarga hanya untuk tujuan yang belum pasti. Anak dan istri itu pasti milkimu kekayaan dunia itu usaha, siapkah yang akan kau korbankan. Setiap perjalanan hidup itu ujian dan pilihan, tapi manakah yang akan kau pilih. Permasalahan dalam berkeluarga itu pasti tapi meredakannya adalah pilihan, dan manakah yang akan kau jauhi keluargamu atau permasalahannya, itu semua tergantung dalam kesepakatanmu berkeluarga. Alloh lebih agung.. Jadikan Al-Quran sebagai penasehat dalam rumah tangga kalian dan Rasul sebagai contoh buat kalian.
Tidak lagi kupikirkan target hidup tidak lagi kupikirkan pekerjaan itu. Aku pulang dan rela kubayar perjalanan pulang dengan biaya besar karena tidak ada persiapan transportasi pulang dengan biaya berapapun kubayar asal aku bisa pulang, aku harus bisa melihat jazad anakku yang terakhir kali, karena aku khawatir tidak berkumpul kembali dalam tempat yang sama kelak diakhirat. Sangat susah aku mencari transportasi untuk pulang kampung. Setelah berjalan pulang istriku kembali sms, bagaimana mas dengan jazad anak kerinduanmu.?? Rasulullah memerintahkan untuk menyegerakan di makamkan jazad seorang hamba. Akupun dengan berat hati mengiyakan untuk segera dimakamkan jazad anakku. Aku telah kehilangan kesempatan untuk mendidiknyadan kehilangan kesempatan untuk melihat wajahnya di akhir masanya. Dalam perjalanan pulang hatiku sungguh merindukan tawa anakku, panggilannya, manjanya dan cerianya. Tidak hentinya aku meneteskan air mata desakan dalam hati sungguh besar, tetapi aku kembali bersyukur kepada Alloh telah menganugerahkan istri dengan ketegaran hati,kesabaran dan kefahaman hidup.
Dalam masa berkabung kita berbicara dengan penuh keseriusan dan pemikiran mendalam. Saya putuskan untuk tidak kembali jauh dengan keluarga, akan aku cari nafkah hidup dengan membawa keluargaku. Aku keluar dari pekerjaanku dan mencari nafkah serabutan asal cukup untuk makan anak dan biaya belajar anakku, kami pun sering memutuskan untuk berpuasa. Hingga pada suatu hari kerabatku menawari aku untuk hijrah ke temanggung untuk mengurus lahan dan disamping lahan itu masjid tempat untuk mengaji di sore hari. Aku pun hijrah ke sana setelah pagi hari aku menyirami lahan kacang, siangnya aku jualan cingcau di alun alun, sorenya aku mengajar ngaji anak anak di masjid. Tidak lagi kupikirkan dengan ijazah S1 ku. Alhamdulillah Alloh mengaruniakan anak lagi kepada kami, kujalani hidup ini dengan mencoba memahami kodho dan kodarNya. Sungguh Alloh itu indah.. Dia mengaruniakanku keluarga yang memahami kesederhanaan tidak berorientasi materi, bahkan anakku yang telah berumur 7 tahun Alhamdulillah telah menjadikan A-Quran sebagai sahabatnya..
Sahabatku..
Saudaraku..
Sesungguhnya Takdir itu tetap, proses menemuinya adalah pilihan, jangan kau korbankan keluarga hanya untuk tujuan yang belum pasti. Anak dan istri itu pasti milkimu kekayaan dunia itu usaha, siapkah yang akan kau korbankan. Setiap perjalanan hidup itu ujian dan pilihan, tapi manakah yang akan kau pilih. Permasalahan dalam berkeluarga itu pasti tapi meredakannya adalah pilihan, dan manakah yang akan kau jauhi keluargamu atau permasalahannya, itu semua tergantung dalam kesepakatanmu berkeluarga. Alloh lebih agung.. Jadikan Al-Quran sebagai penasehat dalam rumah tangga kalian dan Rasul sebagai contoh buat kalian.
Semoga Bermanfaat..
Salim Sudiro.
Salim Sudiro.
No comments:
Post a Comment